WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Jaringan besar agen intelijen dan militer bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar. Pemerintah menghabiskan milyaran dolar mengganggu privasi warga negaranya. Sebuah database yang penuh dengan nama-nama orang biasa. Orang-orang yang mengaku sebagai pakar teroris. Teknologi medan tempur digunakan di lingkungan rumah. Meskipun terdengar seperti sesuatu yang keluar dari sebuah film futuristik, tapi itu bukan. Poin-poin tersebut menggambarkan tindak pengamanan dalam negeri Amerika pasca 11 September, yang dikatakan oleh pemerintah AS diniatkan untuk melindungi warga negara dari ancaman teror, menurut rangkaian laporan investigatif oleh Washington Post.
The Post merilis laporan tentang tindak pengamanan ekstensif berjudul "Rahasia Besar Amerika." Investigasi itu pertama kali dirilis pada bulan Juli 2010, dan merupakan serial yang diperbarui dengan edisi terbarunya "Memonitor Amerika" rilis pada tanggal 20 Desember.
Dana Priest, salah satu reporter "Rahasia Besar Amerika", meraih penghargaan Pulitzer tahun 2008 untuk investigasinya dalam bencana
The Post merilis laporan tentang tindak pengamanan ekstensif berjudul "Rahasia Besar Amerika." Investigasi itu pertama kali dirilis pada bulan Juli 2010, dan merupakan serial yang diperbarui dengan edisi terbarunya "Memonitor Amerika" rilis pada tanggal 20 Desember.
Dana Priest, salah satu reporter "Rahasia Besar Amerika", meraih penghargaan Pulitzer tahun 2008 untuk investigasinya dalam bencana
rumah sakit Walter Reed, dan Pulitzer tahun 2006 untuk laporannya tentang penjara rahasia CIA.
Investigasi masuk ke dalam apa yang disebut sebagai "cabang keempat pemerintah" oleh Washington Post, komunitas intelijen swasta yang memiliki tujuan mengalahkan "ekstrimis kekerasan". Organisasi itu menerima milyaran dolar dari pemerintah dan tidak mengikuti standar privasi personal.
Ronald Stockton, profesor Ilmu Politik di Universitas Michigan Dearborn yang menulis buku "Kewarganegaraan dan Krisis: Detroit Arab Setelah 9/11", berbicara tentang sistem yang terbentuk menyusul serangan tersebut dan sejak penerapan Undang-undang PATRIOT.
"Setelah 11 September, Amerika begitu ketakutan hingga kita mengucurkan milyaran dolar pada FBI, Keamanan Dalam Negeri, dan agensi lain, tanpa begitu tahu apa yang perlu dilakukan," ujarnya. "Kita menciptakan monster birokrasi yang begitu besar hingga tidak mungkin untuk menganalisa dan menyerap datanya sendiri atau bahkan membaca laporannya sendiri. Sistem ini begitu besar hingga bahkan mereka yang memimpinnya tidak bisa memahaminya."
Kritikus tindak pengamanan menemukan beberapa kelemahan, tidak hanya dalam milyaran dolar yang digunakan untuk mendanai operasi, tapi juga kemungkinan memprofil individu-individu tak bersalah.
"FBI membangun sebuah database dengan nama-nama dan informasi personal tertentu dari ribuan warga negara dan penduduk AS yang oleh petugas polisi setempat atau sesama warga diyakini bersikap mencurigakan," bunyi laporan terbaru itu. (rin/it) www.suaramedia.com
Investigasi masuk ke dalam apa yang disebut sebagai "cabang keempat pemerintah" oleh Washington Post, komunitas intelijen swasta yang memiliki tujuan mengalahkan "ekstrimis kekerasan". Organisasi itu menerima milyaran dolar dari pemerintah dan tidak mengikuti standar privasi personal.
Ronald Stockton, profesor Ilmu Politik di Universitas Michigan Dearborn yang menulis buku "Kewarganegaraan dan Krisis: Detroit Arab Setelah 9/11", berbicara tentang sistem yang terbentuk menyusul serangan tersebut dan sejak penerapan Undang-undang PATRIOT.
"Setelah 11 September, Amerika begitu ketakutan hingga kita mengucurkan milyaran dolar pada FBI, Keamanan Dalam Negeri, dan agensi lain, tanpa begitu tahu apa yang perlu dilakukan," ujarnya. "Kita menciptakan monster birokrasi yang begitu besar hingga tidak mungkin untuk menganalisa dan menyerap datanya sendiri atau bahkan membaca laporannya sendiri. Sistem ini begitu besar hingga bahkan mereka yang memimpinnya tidak bisa memahaminya."
Kritikus tindak pengamanan menemukan beberapa kelemahan, tidak hanya dalam milyaran dolar yang digunakan untuk mendanai operasi, tapi juga kemungkinan memprofil individu-individu tak bersalah.
"FBI membangun sebuah database dengan nama-nama dan informasi personal tertentu dari ribuan warga negara dan penduduk AS yang oleh petugas polisi setempat atau sesama warga diyakini bersikap mencurigakan," bunyi laporan terbaru itu. (rin/it) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar