Senin, 03 Januari 2011

China Tutup 60.000 Situs Porno Setahun Ini



TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China menutup lebih dari 60.000 situs internet porno tahun ini dengan 5.000 di antaranya sedang dalam proses hukum. Demikian dikatakan juru bicara pemerintah, Kamis (30/12/2010).

Kepala Kantor Badan Penerangan Pemerintah Wang Chen berjanji untuk tidak akan menghentikan operasi melawan muatan yang dianggap cabul itu.

Beijing melancarkan tindakan perlawanan atas apa yang disebut sebagai banyaknya muatan internet dan telepon seluler yang tidak senonoh dan kotor di negara itu dan mengancam kesehatan emosional anak-anak.

Kritik yang menuduh Pemerintah China melakukan tindakan keras dan memperketat keseluruhan sensor yang dilancarkan pada Desember tahun lalu itu menyebutkan bahwa operasi tersebut menjaring banyak situs berisi muatan politik yang sensitif atau bahkan situs yang sederhana dan umum.

Wang Chen yang juga juru bicara kabinet tersebut mengatakan, operasi itu merupakan hal yang penting.

"Operasi kami mendapat keberhasilan besar dan hal ini tidak dicapai dengan mudah," katanya dalam konferensi pers.

"Kami menjadikan lingkungan internet lebih bersih, yang tadinya banyak menyediakan situs porno," tambahnya.

"Kami telah mengubah situasi dan hal ini telah cukup diterima oleh banyak pihak di masyarakat. Tapi operasi kami tidak akan berhenti. Ini akan menjadi perjuangan panjang," kata Wang.

"Selama masih ada orang yang punya motivasi buruk yang ingin menyebarkan kekerasan atau informasi pornografi, kami akan melanjutkan operasi untuk menindak tegas penyebaran informasi semacam itu."

Dari 4.965 tersangka, 1.332 orang mendapatkan hukuman kriminal dengan 58 orang dipenjara lebih dari lima tahun.

Pemerintah memeriksa 1,79 juta situs internet dan menghapus 350 juta artikel, foto, serta cuplikan video porno dan cabul.

China memiliki lebih banyak populasi dalam jaringan (online) dibanding negara lain dengan perkiraan 450 juta pengguna internet hingga akhir November.

Pemerintah kemudian khawatir kalau internet dapat menjadi kanal yang berbahaya yang mengancam citra dan pemikiran di China.

China memblokir beberapa situs dan layanan internet populer, seperti Google, YouTube, Twitter, Flickr, dan Facebook, juga situs China lainnya.

Pemerintah menuduh mengandung muatan berbahaya untuk keamanan China dan melanggar Undang-undang China, termasuk gambar yang memperlihatkan protes di wilayah sensitif, seperti Tibet.

Wang mengatakan, ia sudah membaca berita tentang direktur Facebook, Mark Zuckerberg, yang mengunjungi China baru-baru ini. Namun, ia menyebut Zuckerberg tidak berkunjung ke departemennya, yang berwenang untuk mengawasi internet di China.

"Kami membaca berita, ia bertemu dengan tokoh-tokoh terkenal di industri internet China. Kami juga masih mencoba untuk mempelajari lebih jauh mengenai kunjungannya ke China," tambahnya.

Sementara itu, Google Inc, mesin pencari internet terbesar di dunia, menutup layanan pencariannya di China pada bulan Maret atau dua bulan setelah pihak Google mengatakan akan menghentikan sensor pencarian terhadap apa yang disebut sebagai serangan dunia maya yang rumit yang terlacak ke China dan ditambah meningkatnya pembatasan kebebasan berekspresi di sana.

Perselisihan yang diselesaikan pada bulan Juli itu terjadi setelah Google mengubah mekanisme dengan memandu pengguna ke mesin pencari tanpa filter. Kasus tersebut memicu ketegangan diplomatik antara China dan Amerika Serikat mengenai kebebasan berinternet. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar