Oleh : Mujahidah Salsabila Firdaus
Artikel tersebut berbunyi, “Burqa dan Niqab merepresentasikan sebuah tradisi yang memandang wanita sebagai sebuah obyek seksual, seorang penggoda, yang hanya tampak pergelangan kakinya saja, serta dapat membawa kaum laki-laki (makhluk yang lemah dan tidak mampu menahan godaan) ini bertekuk lutut di hadapan mereka. Ini adalah sistem nilai yang menjijikan dan saya menolaknya. Jadi, semua warga Kanada yang menganut feminis sekuler, mari kita larang pemakaian burqa, niqab serta hijab. “
Artikel tersebut menggunakan istilah “Muslim moderat” untuk mendeskribsikan orang-orang yang mengatakan “Hukum kerudung tidak hanya mempermalukan kaum prempuan, tetapi juga mengina kaum pria.”
“Muslim Moderat” : Sebuah Tolak Ukur Islam?
Artikel tersebut memberikan kesempatan untuk memeriksa praktik media, politisi oportunistik, dan lainnya yang memuji “Muslim moderat” dan mencela umat Muslim lainnya sebagai : "militan”, “radikal” dan “ekstremis”. Hal ini dapat menggoda seseorang untuk menunjukkan diri sebagai bagian dari kelompok tersebut yang mengaku-ngaku sebagai yang terbaik. Namun, sebelum menggunakan istilah seperti “Muslim moderat” dan “Muslim ekstrimis”, kita perlu memahami definisi istilah masing-masing.
Apa arti “Muslim moderat”? Siapa yang sebenarnya “ekstremis”?
Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa kata-kata tersebut tak berbahaya, dan merupakan sebuah cara yang sederhana untuk membedakan antara Muslim yang “baik” dan “jahat”. CNN melabeli Aljazair sebagai “ekstremis” karena melarang impor alkohol. Sebelum larangan ini, Aljazair dianggap “moderat”.
Untuk menganalisis isi-isu tersebut, yang pertama, kita harus kembali pada al-Qur'an dan as-Sunnah. Apakah Rasulullah saw membagi para shahabat menjadi “moderat” dan “ekstremis”? Apakah para shahabat menilai yang lain dengan tolak ukur “moderat” dan ekstremis”? Allah berfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa di sisi Allah” (al-Hujurat “ 13)
Oleh karena itu, tolak ukur seseorang bukalah dilihat dari moderat atau ekstremisnya orang tersebut, tetapi dilihat dari kebenaran yang ia lakukan. Membagi Muslim menjadi “moderat” dan “ekstremis” merupakan sebuah pembaruan dalam Islam. Tidak pernah dianut oleh generasi awal Muslim dan baru-baru ini saja diperkenalkan ke dalam wacana Islam.
Membuat Islam Terlihat Tidak Diinginkan
Kenyataan dari wacana ini adalah untuk membuat Islam terlihat tidak diinginkan. Media, think tank, dan para politisi mengecam Islam dengan sebutan “militan”, “radikal”, dan “ekstremis” sehingga umat Islam merasa terancam ketika mempraktikan agama mereka. Beberapa contohnya adalah :
- Pantang Alkohol
Seorang Muslim akan dianggap ekstremis jika melarang Muslim lain membeli alkohol di negerinya sendiri ! CNN melaporkan, “Sebuah suara mengejutkan dari parlemen Aljazair yang menyatakan pelarangan impor minuman beralkohol di negara Muslim moderat. Hal ini merupakan sebuah tanda bangkitnya ekstremis Islam...” Kita bisa melihat bahwa media menganggap mengkonsumsi alkohol nerupakan ciri khas muslim “moderat”. Sebaliknya, orang yang melarang Muslim yang lain untuk mengkonsumsi alkohol adalah seorang “ekstremis”.
2. Mengenakan Hijab
Toronto Star -sebuah media yang berhaluan kiri di salah satu kota paling toleran di Kanada- menganggap Hijab adalah setan dan menyeru untuk melarang penggunaan Hijab! Artikel media tersebut sebelumnya memuji “Muslim moderat” karena membenci aturan yang ditetapkan Allah swt untuk menutup rambut mereka (bagi wanita), memakai jilbab (meliputi seluruh tubuh), serta aturan bagi pria dan wanita untuk menjaga kesopanan ketika saling berhadapan. Allah swt berfirman
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. “ (al-Ahzab : 59)
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ
“...Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya...” (an-Nur : 31)
3. Melarang Penegakkan Khilafah
Sebuah publikasi dari RAND, “Mendirikan Jaringan Muslim Moderat.”menyatakan : “Apakah sebuah filosofi politik itu berasal dari Barat atau sumber-sumber al-Qur’an, tetap saja untuk mempertimbangkan demokratisnya suatu negara atau tidak harus dilihat dari dukungannya terhadap pluralisme dan hak asasi manusia yang diakui secara internasional… Jika itu mendukung demokrasi maka berarrti bertentangan dengan konsep Negara Islam… Muslim moderat memegang pandangan bahwa tidak ada yang bisa berbicara mewakili Tuhan. Itu adalah konsensus masyarakat (ijma), sebagaimana tercermin dalam opini publik yang secara bebas dinyatakan bahwa ketentuan yang merupakan kehendak Allah swt adalah dalam kasus tertentu.”
Secara langsung hal ini menyerang konsep Khilafah yang didirikan oleh Rasulullah saw. Dan sebaiknya kita berhati-hati karena para shahabat Rasulullah saw mendirikan Khilafah, sebuah negara yang menerapkan Hukum Syariat berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, Ijma Shahabat, dan Qiyas. Mereka tidak pernah menerapkan hukum berdasarkan suara rakyat.
Oleh karena itu, think tank, personal media, dan para politisi tentunya mendefinisikan Muslim “moderat” sebagai seseorang yang berkehendak melarang perintah Allah swt kapan saja ketika bertentangan dengan nilai-nilai liberal yang lahir dari paham sekuler (akidah). Di lain pihak, seorang Muslim yang patuh pada perintah Allah swt dianggap sebagai ekstremis dan patut dijauhkan dari kehidupan masyarakat.
Bahaya Kompromi
Kita juga harus berhati-hati pada bahaya akan kompromi. Kita mungkin tergoda untuk membatasi praktik Islam dalam kehidupan kita dengan harapan supaya bisa disebut moderat. Namun, Allah swt telah memperingatkan kita untuk tidak melakukan tindakan seperti itu :
وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ
“Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak, maka mereka bersikap lunak pula.” (al-Qalam : 9)
Meskipun taktik untuk mempromosikan “Muslim moderat” terjadi akhir-akhir ini, sebenarnya ini bukanlah hal baru. Kekuatan penjajah telah bekerja selama berabad-abad lamanya untuk membuat Muslim mengadopsi sekulerisme semata-mata untuk melahirkan mental terjajah yang didengung-dengungkan pada tahun 1854 oleh Mountstuart Elphinstone, yang mengatakan, “tak seharusnya kita mendambakan kepemilikan yang abadi, kita harus menggunakan kepunyaan kita untuk membawa penduduk asli ke dalam sebuah negara yang akan mengakui kepemimpinan mereka dengan cara yang mungkin bermanfaat bagi kepentingan kami…”
Tetap Tabah
Saat ini Muslim telah jatuh berkali-kali. Kita tidak bisa membaca koran, menghidupkan televisi atau berselancar di dunia maya tanpa terkena tuduhan atau fitnah yang dilontarkan pada agama kita, Baginda agung Rasulullah saw atau umat kita sekalipun. Tekanan ini telah memaksa banyak orang untuk menjelaskan Islam dengan kritik yang menenangkan – dengan harapan agar dianggap “moderat” itu sendiri. Kita tidak harus jatuh terjerembab dalam perangkap ini. Sebaliknya, pertama kita harus mendekatkan diri kita kepada Allah swt dan mengingat bahwa Allah swt telah memperingatkan kita mengenai ujian dan cobaan tersebut :
وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا
“Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah…” (Ali Imran : 186)
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman” padahal merekatidak diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-Ankabut : 2-3)
Dan Rasulullah saw telah memperingatkan kita bahwa, “Akan datang suatu masa dimana orang yang teguh memegang Islam layaknya memegang bara api di tangannya.” (at-Tirmidzi)
Dalam iklim yang serba banyak fitnah ini, kita harus menegaskan kembali komitmen kita kepada Allah swt yaitu bekerja keras untuk mempertahankan identitas ke-Islam-an kita dan percaya terhadap apa yang Rasulullah saw bawa pada kita. Allah swt telah berjanji :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad : 7)
Kita juga harus menyadari bahwa tujuan sebenarnya dari keberadaan kita di dunia adalah untuk mencari ridha Allah swt dan dibangkitkan kembali di antara para pengikut Rasulullah saw. Konsekuensinya, kita harus bertahan terhadap kegagalan yang diderita dan tetap setia pada kewajiban yang harus kita laksanakan. Seorang Mukmin tidak pernah bingung ketika ia bertahan demi Allah swt, karena dia melaksanakan perintah Rabbnya untuk sebuah pahala yang kekal : Jannah (Surga).
Rasulullah saw bersabda, “Urusan orang-orang Mukmin sungguh menakjubkan ! Seluruh hidupnya bermanfaat, dan itu hanya terjadi pada orang-orang Mukmin. Saat kebaikan datang padanya, maka ia akan bersyukur dan itu baik baginya. Saat keburukan menimpanya, maka dia akan bersabar dan itu juga baik untuknya.” (Muslim)
Jika kita berkaca pada para sahabat, kita akan menemukan contoh kegigihan dan ketekunan yang sangat luar biasa. Mereka dihadapkan dengan ujian yang sama pada kita dimana kaum kafir menggunakan taktik untuk melabeli Islam dengan stigma buruk. Ahli Kitab berusaha untuk membuat Islam tampak sesat dalam rangka menciptakan hambatan penyebaran pesan Islam. Allah swt berfirman :
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنْتُمْ شُهَدَاءُ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) bengkok, padahal kamu menyaksikan? Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Ali Imran : 99)
Kaum Quraisy juga menggunakan propaganda untuk mencap Rasulullah saw dan para sahabat sebagai unsure ekstrim dari masyarakat. Meskipun terminologi yang mereka gunakan berbeda, tujuan mereka sama yaitu untuk menekan kaum Muslim sehingga mereka akan tunduk pada pemikiran, perasaan Kaum Kuffar dan hukum-hukum kaum kafir Quraisy. Misalnya, al-Walid bin al-Mughirah memimpin usaha merancang strategi propaganda untuk mengisolasi Nabi Muhammad saw. Beberapa ejekan (seperti menuduh Rasulullah saw sebagai penyair, peramal, seseorang yang kerasukan oleh jin, dll) ditolak karena tidak realistis. Mereka melabeli Rasulullah sebagai penyihir yang bahkan mampu memutuskan hubungan keluarga bagi siapa saja yang mendengar ucapannya.
Meskipun hidup dalam kondisi yang penuh fitnah dan ketakutan ini, Rasulullah saw dan para sahabat tetap berdiri kokoh atas agama mereka dan tidak tampak tertekan. Sebaliknya, para sahabat malah menunjukkan keberanian mereka yang luar biasa besar. Misalnya, ketika Rasulullah saw dan para sahabat yang tinggal di Mekah (yaitu sebelum Hijrah), Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa ia akan memperdengarkan al-Qur’an pada kaum kafir Quraisy. Suatu pagi ia pergi ke Ka’bah dan membaca al-Qur’an dengan suara keras, langsung saja ia diserang olehorang-orang Quraisy. Ketika ia kembali kepada para sahabat, mereka berkata, “Ini adalah apa yang kami khawatirkan terjadi padamu.” Dia mengatakan, “Musuh-musuh Allah tidak pernah lebih hina di hadapanku daripada mereka sekarang, dan jika kalian suka, aku akan pergi dan melakukan hal yang sama lagi esok nanti.”
Dan memang pada akhirnya, Allah memberikan kemenangan mereka atas musuh-musuh mereka di dunia, dan mengabulkan permohonan mereka :
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
“Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah.” (at-Taubah : 100)
Jika kita menginginkan Allah menyenangi kita, kita harus mengikuti teladan Rasulullah saw dan para sahabatnya dan insya Allah kita termasuk diantara orang-orang yang Allah cintai.
Semoga Allah swt memberi kita kekuatan dan penyelesaian untuk menanggung penderitaan saat ini dan selalu berada di garis terdepan membawa misi Islam serta mengembalikan pelaksanaan Din Allah ke seluruh dunia.
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman.” (Ali-Imran : 139)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar