WASHINGTON- Sumber media massa Amerika Serikat mengungkapkan tentang internal kaum Muslim di Amerika yang pecah terkait bolehnya Biro Investigasi Federal “FBI” memasuki masjid-masjid dalam rangka mengawasi kaum Muslim dan mengumpulkan informasi tentang mereka terkait perdebatan yang terus memanas mengenai pembangunan masjid “Cordoba” di dekat lokasi serangan 11 September. Surat kabar Palestina “Al-Quds” mengutip dari surat kabar Amerika “The Washington Post” bahwa perpecahan di antara kaum Muslim di Amerika semakin tajam. Apalagi bahwa “FBI” berupaya untuk mendekati kaum Muslim, namun pada saat yang sama, “FBI” mengumpulkan informasi tentang mereka, dalam rangka mengawasi setiap indikasi apapun tentang konspirasi terorisme.
Pengamat di Washington mengatakan bahwa para pemimpin organisasi Islam Amerika tahun lalu mengancam untuk menghentikan kerjasama apapun dengan “FBI”, akibat dari tindakan “FBI” yang keluar masuk masjid serta Islamic Center dalam rangka untuk mengawasi kaum Muslim.
Ibrahim Hooper, juru bicara Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), yaitu organisasi Muslim terbesar yang beraktivitas di Washington mengatakan: “Saya tidak berpikir bahwa itu sebuah kebijakan yang benar dengan menempatkan polisi di dalam masjid. Sebab hal itu dapat mempengaruhi suasana tempat shalat dan ibadah. Dan juga membuka pintu bagi polisi untuk memata-matai para jamaah shalat.”
Sementara di sisi lain, para pemimpin kaum Muslim menyambut baik kehadiran polisi. Mereka mengatakan bahwa hal ini akan membantu keterbukaan kaum Muslim terhadap polisi Amerika, dan membantu untuk bekerja sama dengannya guna menjamin keselamatan semua orang Amerika, termasuk kaum Muslim.
Bahkan sebuah masjid di pinggiran Nashville mengundang dua petugas polisi “FBI” untuk mengunjungi masjid, dan ikut serta dalam buka bersama, serta melihat langsung proses ritual peribadatan Islam. Dan selama berlangsungnya shalat, kedua petugas polisi itu duduk di bagian belakang masjid, tidak ikut serta dalam shalat.
Amir Arian, juru bicara Dewan Muslim di Nashville yang mengundang kedua petugas polisi itu mengatakan bahwa majalah Amerika “The Times” mempublikasikan hasil sebuah survei beberapa hari sebelumnya, dimana 43% orang Amerika masih melihat kaum Muslim dengan pandangan yang negatif. Untuk itu kaum Muslim harus terbuka terhadap komunitas yang lain di dalam masyarakat Amerika. ”
Ia menambahkan: “Masyarakat di sini yakin bahwa “FBI” akan membantu mereka, dan ingin meyakinkan mereka, serta memastikan bahwa masjid mereka aman.”
Agha Said, Presiden Aliansi Muslim Amerika untuk Hak-Hak Sipil menyambut baik kerjasama antara masjid dan polisi “FBI”, ia berkata: “Keberadaan mereka di sebuah masjid di Nashville itu akan meyakinkan para jamaah shalat dan kaum Muslim.” Ia menambahkan: “Polisi harus melindungi semua warga negara.”
Situs-situs Islam di Amerika mengatakan bahwa petugas polisi “FBI” terlihat berkeliaran di dalam masjid dengan pakaian sipil.
Surat kabar Amerika itu mengatakan bahwa perdebatan terkait keberadaan petugas polisi “FBI” di dalam masjid, meluas hingga ke proyek pembangunan masjid New York, yang membuat suasana semakin gempar, karena dekatnya dengan lokasi gedung World Trade Center (WTC) yang hancur oleh serangan 11 September pada tahun 2001.
Dalam hasil survei terbaru, setengah orang Amerika mengatakan bahwa kekhawatiran keluarga korban serangan 11 September di New York harus diberikan prioritas di atas hak kaum Muslim untuk membangun masjid (mmediaumat.com, 3/9/2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar